Senin, 09 Juni 2008

Learning to Listen; Feel and Mind Sett"

Preparing by: Choirin

Allah SWT, dalam berbagai firmany-Nya memerintahkan manusia untuk mendengar. Sekurang-kurangnya dapat ditemukan 145 ayat, tentu dengan berbagai bentuk invers dan varianya. Salah satunya dapat ditemuai dalam surat (16) An-Nahl: 78. Yah… dalam rangkaian yang begitu manis (sesuai dengan nama suratnya); yang darinya keluar madu. Disini Allah SWT menegaskan bahwa salah satu karunia yang diberikan adalah pendengaran. Indera yang begitu penting yang dibawa bayi dalam ketidaktauan semenjak keluar dari rahim ibu.
Sungguh, mendengar ternayata jauh lebih sulit daripada bicara. Mendengar tidak saja membuat telinga terbuka lebar dan mempersilahkan masuk. Tapi, mendengar juga mengharuskan sesuatu yang mutlak, dan sesuatu itu adalah diam. Sebab tidak mungkin manusia bisa mendengar ketika syahwat berbicara tidak bisa ditaklukan. Seorang Bapak bisa marah besar ketika anak yang disayangnya tidak mendengar nasehat-nasehat mulianya. Begitu juga dengan suami ketika istrinya mulai mencoba tidak mendengar kemauannya.
Pesan Rasulullah tentang korelasi iman dan perkataan jujur tergambar dalam sebuah hadist yang begitu singkat namun padat makna. Beliau mewasiatkan kepada ummatnya untuk berkata benar atau diam. Yah… diantara dua pilihan; berkata benar atau diam!!! Seseorang mestinya lebih baik dan lebih selamat untuk diam bila tidak bisa berkata baik, apalagi tidak bisa bicara menyenangkan. Sehingga bersabarlah untuk tidak bernafsu bicara. Sebab, keinginan untuk bicara selalu mengalahkan kemampuan untuk mendengar. Sebab, setiap kali kita lebih banyak bicara, semakin bertambah kemungkinan bersalah. Dan pada saat itu pula, maka semakin sulit untuk bisa mencoba mendengar.
Mari belajar mendengar. Karena begitu banyak yang harus kita perhatikan, jauh lebih banyak dari yang harus kita komentari. Mari belajar mendengar. Sebab, dengan mendengar kekuatan kita sebagai manusia akan lebih terasah. Sebab, kemanusiaan kita akan lebih baik ketika kita membuka telinga lebar-lebar. Tidak untuk masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan atau masuk telinga kanan dan masuk telinga kiri lalu tabrakan dan akhirnya keluar juga. Namun, untuk menggerakkan hati dan memberikan yang terbaik bagi alam. Mendengarlah.
Disebuah negeri dizaman dahulu kala, seorang pelayan raja tampak gelisah. Bukan karena ia capek bekerja siang malam baut sang raja dan juga bukan dipaksa kerja oleh raja. Namun lebih dari itu, ia menganggap raja tidak adil terhadap dirinya. Hampir setiap hari, secara bergantian, pelayan-pelayan lain mendapat hadiah. Mulai dari cincin, gelang dan kalung serta perabot dan peti perhiasan. Sementara dirinya tidak.
Hanya berjalan beberapa bulan, hampir semua pelayan mendadak menjadi kaya. Semua pelayan tidak ada yang berangkat ke istana berjalan kaki, namun berkuda bahkan lengkap dengan kusirnya. Pelayan yang semula betah berlama-lama di istana, kini ia segera pulang untuk mengurusi kekayaannya. Tampaknya mereka sibuk dengan kekayaan pemberian sang raja. Cuma satu pelayan yang tetap miskin dan tetap seperti dulu lantaran tidak diberi hadiah oleh raja dan mulailah ia mengatakan bahwa raja tidak adil.
Hingga suatu hari, kegelisahanya mulai tak terbendung. "Rajaku yang terhormat", ucapnya sambil bersimpuh. Dan sang raja menyimak. "Saya mau undur diri", katanya padasang raja sambil menunduk dan tak berani melihat muka sang saja. Ia mengira sang raja akan mencacinya, marah dan menghukumunya. Lama ia tunggu. "Kenapa kamu mau undur diri" ucap sang raja kemudian. Pelayan miskin itu terdiam sambil bertarung melawan takut. Namun, kapan lagi ia akan mengemukakan isi hatinya itu. "Maafkan saya raja, menurut saya raja tidak adil", jelas pelayan gemetar sambil menunggu titah baginda pada dirinya.
Lama ia menunggu, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulut sang raja. Pelan, pelayan miskin tersebut memberanikan diri mendongkak. Dan iapun terkejut, ternyata raja menangis dengan air mata yang membulir.
Tak lama kemudian tersiar kabar bahwa sang raja meninggal. Seorang kurir istana menyampaikan sepucuk surat ke pelayan miskin tersebut. Dengan penasaran ia mulai membaca, "Aku sayang kamu, pelayanku. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, maka kuserahkan separuh dari istnaku. Ambilah. Itu wujud sebagian kecil dari cintaku atas kesetiaan dan cintamu".
Betapa hidup itu memberikan warna-warni yang berarti. Ada kaya ada miskin, ada susah ada senang, ada tawa ada tangis. Begitulah hidup selalu membimbing indah tapi terkadang terluka.
Sayangnya, tak semua hamba bisa meluruskan sangka. Ada gundah disitu. Ada air mata disitu. Ada cercaan di situ, bahkan cercaan kepada orang yang katanya paling dicinta. Kenapa kesetiaan yang selama ini tercurah, siang dan malam; tak pernah membuahkan bahagia???. Kenapa yang setia dan taat pada raja, tak mendapat apapun. Sementara yang main-main dan menjilat tiba-tiba kaya raya???.
Karena itu, kenapa kita tidak coba menghadap ke "wajah"Nya. Pandangi cinta-Nya dalam keharmonisan alam raya yang begitu ramai dengan suara hewan dan hembusan angin wujud melayani manusia. Pandangilah segera… kau akan segara mendapat jawaban kalau "Raja" begitu sayang padamu.

Bilik Pengungsian,
Tripoli, 2 September 2005.

Modal Kita: 86.400 Detik

Oleh: Jamil Azzaini

Nadia termanggu di ujung kolam. Sudah dua tahun ia selalu menjadi juara dalam kompetisi renang antar perusahaan. Kali ini ia hanya menduduki peringkat enam. Nadia tertinggal dua detik dengan juara pertama dan tertinggal kurang dari dua detik dengan peringkat 2, 3, 4 dan 5. Karena tertinggal dua detik, Nadia gagal mempertahankan mahkota juaranya. Hadiah uang tunai senilai Rp 10 jutapun lepas dari tangannya. Karena tertinggal dua detik, Nadia meneteskan air mata kesedihan di pinggir kolam seusai perlombaan.
Dua detik amatlah berarti bagi para juara. Jangankan terlambat dua detik, terlambat satu detik atau bahkan kurang dari itu akan membuat mahkota juara berpindah tangan. Para pembalap formula satu, pelari cepat, pendayung, dan para olah ragawan akan berlatih keras hanya sekedar untuk mempertahankan waktu tempuh yang pernah dicapai. Mereka tak ingin kecepatannya berkurang walau hanya satu detik.
Hidup adalah perlombaan. Bila ingin menjadi juara, kita tak boleh tertinggal walau hanya satu detik. Sang Pemilik Jagad Raya memberikan hal yang berbeda untuk harta. Ada yang berlimpah harta, ada yang miskin papa, ada pula yang hidup pas-pasan. Sang Penciptapun memberikan hal yang berbeda untuk wajah. Ada yang tampan, jelita, cantik, ayu, ada pula yang berparas biasa, bahkan ada yang berparas di bawah rata-rata.
Namun Sang Khalik memberikan hal yang sama untuk waktu. Sehari semalam kita diberi modal waktu 24 jam. Tidak peduli apakah kita presiden, pengusaha, kyai, guru, petani, pengangguran, mahasiswa, pekerja sosial dan profesi lainnya semua diberi modal yang sama 24 jam atau 86.400 detik setiap hari.
86.400 detik adalah modal yang diberikan oleh Sang Maha Pengasih kepada kita setiap harinya. Bila kita hanya mampu menghasilkan sesuatu yang senilai 86.400 detik per hari maka kita balik modal. Bila kita tidak mampu menghasilkan sesuatu yang senilai 86.400 detik per hari maka sebenarnya kita merugi. Agar kita memperoleh keuntungan, maka dalam satu hari kita harus menghasilkan sesuatu yang nilainya lebih dari 86.400 detik.
Coba anda renungkan! Selama pejalanan hidup anda hingga saat ini, berapa detik waktu yang telah anda buang atau anda sia-siakan. Berapa detik yang dihabiskan untuk ngrumpi?, menggosip?, nonton acara TV yang tak berkualitas?. Berapa detik pula telah anda gunakan untuk bermaksiat kepada Sang Maha Pemurah yang telah memberikan modal 86.400 detik setiap hari kepada anda?
Selain itu, saya yakin anda jarang menghitung berapa detik waktu yang telah anda habiskan untuk tidur? Berapa detik waktu yang telah anda habiskan untuk perjalanan dari rumah menuju kantor dan sebaliknya? Sungguh, detik-detik yang telah anda habiskan untuk sesuatu yang tak bermanfaat akan mengurangi modal yang telah Sang Maha Kuasa berikan kepada anda.
Agar modal 86.400 detik yang telah kita terima terus berkembang dan tidak merugi, investasikan setiap detik anda untuk sesuatu yang sangat bermanfaat. Tebarkan energi positif, kebaikan dan amal soleh kepada orang-orang di sekitar kita. Dimulai sekedar senyum dan wajah cerah hingga meringankan beban orang lain, berbagi ilmu kepada yang membutuhkan, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menantang dan berbagi harta kepada mereka yang nasibnya kurang beruntung. Semua kegiatan yang berkontribusi terhadap peningkatan harkat dan martabat masyarakat akan menjadikan modal 86.400 detik anda terus berkembang dan menghasilkan.
Ketika Nadia terlambat dua detik, ia kehilangan mahkota juaranya. Ia kehilangan hadiah uang tunai Rp 10 juta. Ia meneteskan air mata kesedihan di ujung kolam. Bagaimana dengan anda yang telah mengabaikan ribuan atau jutaan detik? Berapa kerugian yang telah anda derita? Tutup kerugian masa lalu anda. Jadikan setiap detik yang anda punya agar mampu memberikan manfaat buat anda, keluarga, saudara, masyarakat dan bangsa.

KIAT-KIAT MERAIH INNER BEAUTY SEORANG WANITA MUSLIMAH

Sayyidah Fathimah az-Zahra adalah puteri Rasulullah SAW yang sangat dicintai olehnya, sehingga Rasulullah selalu memujinya karena kecantikan hatinya, suaminya Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak memadunya sampai beliau wafat, padahal pada saat itu kebiasaan lelaki Arab memiliki istri lebih dari satu, cahaya yang terpancar dari wajahnya disebabkan oleh hatinya yang suci, karena beliau termasuk salah seorang dari 4 keluarga Nabi yang disucikan Allah SWT dalam Al-Qur'an: lihat surat al-ahzab 33:33. Az-zahra mempunyai kebiasaan yang baik dalam beribadah dan mengingat Allah SWT, ia memiliki wirid yang selalu ia baca sepanjang siang dan malam, salah satu yang menambah kecantikan sejati dari kaum wanita adalah kecantikan hatinya, hati yang cantik adalah hati yang muthmainnah, hati yang muthmainnah adalah hati yang selalu mengingat Allah, sebaliknya hati yang dimiliki para pelaku dosa semakin lama semakin hitam dan kasar, meskipun wajahnya kelihatan cantik. Untuk itu setiap wanita muslimah akan sangat baik sekali jika bisa mengadakan terapi kecantikan melalui dzikir dan membaca Al-Qur'an, menghindarkan diri dari maksiat.
Disamping itu ada lagi kiat-kiat untuk meraih inner beauty tersebut:
Bangunlah lebih awal sebelum waktu subuh tiba, lalu mandi sebelum sholat subuh, terutama untuk yang sudah bersuami, agar ia selalu melihatmu cantik tanpa ada yang berubah sejak ia kenal denganmu.
Jangan biasakan tidur lagi sejak usai dari menunaikan sholat subuh, karena menurut Rasululluah SAW tidur subuh itu akan membuat wajah pucat dan cepat berkerut, sehingga kelihatan cepat tua, dan membuat hati mati, serta mempersulit rezeki, kalaupun harus tidur, tidurlah setelah matahari terbit mulai naik sekitar jam 7-8an.
Mandilah sebelum matahari tenggelam di sore, jangan biasakan mandi malam ketika matahari telah tenggelam.
Setelah matahri tenggelam (malam hari) jangan lah memakan makan yang dimasak oleh api, kalaupun harus makan, makanlah buah-buahan saja dengan meminum air putih saja.
Lakukanlah sholat tahajjud secara rutin, karena air wudhu ditengah malam itu akan mengurut wajahmu menjadi semakin halus dan bercahaya, bersih dan putih.
Usahakan jangan putus air wudhu sepanjang siang dan malam, berwudhu-lah sebelum tidur, karena air wudhu tersebut akan memelihara wajah dan hatimu dari pengaruh syetan dan melihat yang maksiat.
Bagi yang sudah memiliki suami, lakukanlah hubungan suami istri secara normal dan teratur. Jangan dari belakang (dubur), tidak melakukan masturbasi, dan menurut Rasulullah seorang wanita makruh hukumnya tidak menghampiri suaminya sampai habis satu kali masa menstruasi, bahkan bisa haram jika berakibat zina bagi suaminya.
from. Budi Ak'01

Ketika Siang Menyambut..

Ketika Siang Senyambut….
Wajahnya oval natural, pakaianya sopan kasual, dengan kerudung membalut sopan nan menawan. Ia adalah mahasiswi tingkat tiga disebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta, dengan indeks prestasi yang cukup membanggakan. Ia biasa bicara dengan wajah yang tenang namun menantang, matanya berkaca-kaca dan membakar ketika bicara diforum-forum umum, tak kenal dosen, ketua jurusan atau bahkan rektornya. Bahkan ia membaur dan menjadi makmum bersama rekan-rekan organisasional. Konon, ia juga menjadi pembimbing beberapa remaja di SMU terkenal. Namun diam-diam ia juga menghabiskan waktunya dengan merajut dan menganya.
Siapapun dia, gadis itu bisa dipanggil madu, yang cantik, sopan, supel, cerdas dan sangat feminim walau terkadang mudah ngambek. Hanya sedikit orang yang tau bahwa di suatu sore ia datang kepada kakak sepupunya dan melakukan aktifitas seperti perempuan lain; curhat. Disana ia mengatakan bahwa saat ini ia sedang dirudung keresahan yang sangat. Dan sehebat apapaun dia, diam-diam hatinya terusik oleh kehadiran pujaan. Saya hanya bisa berkata: Anda sedang jatuh cinta!!! Selamat. Mungkin, dedauan tiba-tiba menjadi hijau dari biasanya. Atau tanpa sadar hidup Anda menjadi bersinar meskipun aktifitas yang dulu begitu padat tidak dapat dilakukan.
Jatuh cinta yang baik; kabarnya, membuat empunya menjadi lebih baik, lebih semangat, lebih pengasih dan bahkan juga lebih mudah memaafkan. Seorang mahasiswi yang sedang jatuh cinta bahkan ia merasa bahwa pepohonan hijau ditepi jalan menuju kampusnya, yang ia lewati belasan kali, dengan desingan knalpot dan padatnya jalanan, tiba-tiba tersenyum dan mengirimkan tasbih yang bergemuruh bersama desir angin.
Dalam perspektif positif, cinta, seperti pesan yang tersirat dalam do’a Baginda ketika menikahkan putri kesayangannya adalah bagaikan mengumpulkan yang terserak dan mengokohkan yang telah bersatu diantara dua subjek.
Hal itulah sedang dilanda oleh seorang mahasiswi tadi, hingga ia datang bercerita tentang cintanya. Memang cinta bukanlah pakanan murahan yang bisa ditemukan dimana saja. Cinta menawarkan totalitas yang menyeluruh, hancur dan abadinya adalah tergantung dari subjek perawatnya. Kompleksitas dan kepelikan yang datang akan tertepis dan menipis jika kesadaran pencinta menggelembung. Ah ternyata cuma satu kata yang ringan; TULUS.
Ngomong-ngomong soal cinta sepasang manusia, desir angin dan letupan gunung galunggungpun tak akan sanggup menerangkan. Ia adalah sepasang mata yang menerobos alam maya. Ia adalah pemberian tanpa pamrih; hancur. Bicara soal cinta sayapun akan berkata kepada calon cintaku. “Apakah kamu akan menerima cintaku yang tanpa batas?”. Saya yakin ia akan kembali bertanya: “cinta tanpa batas yang bagaimana yang dimaksudkan?”. Saya akan segera manjawab: “cinta yang didalamnya tidak hanya terdapat ekspresi kelemahlembutan tetapi juga kekerasan”.
Saya tidak tahu apakah calon cintaku itu akan menerima dan menjadikan aku sebagai cintanya atau bahkan akan meninggalkan? Karena sepasang kekasih bisa saja menjadi buta karena cinta. Rasa memiliki pasangan yang berlebihan, apalagi sebaliknya. Bisa menjadikan sepasang kekasih yang semula menemukan madunya cinta berubah menjadi sepah yang berakibat sakit yang tak berujung. Lagi-lagi sayapun hanya bisa bicara: “Bagaimana Kalau Coba Kita IHKLAS??”
Yah …mungkin hanya itu yang bisa saya katakan kepada diri saya sendiri.… Sekalipun cinta adalah segalanya namun lagi-lagi saya harus bingung. Konon, cinta yang benar akan membuat orang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin untuk dilakukan, kedahsyatan cinta memang tidak bisa diukur dengan standar yang jelas. Namun getaran dan biasnya sangat membekas.
Bahkan, kita sendiripun adalah buah dari madu cinta yang telah melebur menjadi satu. Dengan cinta, bunga-bunga yang layu bisa kembali merona dan tersenyum. Denganya pula, kedahsyatan gelombang laut bisa begitu tenang dan pergerakan bumi yang dahsyat ini tidak terasa. Itulah lukisan cinta yang benar, yang tidak hanya menerima kesan kelembutan tapi juga kekerasan. Saya kembali teringat oleh perkataan salah seorang kawan yang sampai saat ini belum menemukan cinta-Nya. Ia berkata bahwa cinta itu bersifat temperamental dan temporal, ia datang tampa diminta dan ketika telah pergi, tangisan dan kesedihan sembilupun tak akan dapat mengembalikanya.
Lalu bagaimana nasib mahasiswi yang saat ini sedang dirundung asmara tadi?. Diam-diam saya suka membaca sebuah buku yang pada hakikatnya bertujuan mengobati secuil hati yang tergores ini. La Tahzan, karya monumental Aid al-Qarni. Betapa dengan hanya satu kata seseorang mampu merasakan kenikmatan dan kebahagiaan hidup. Yah bahagia… Bila saya di Jakarta saya ingin segera pergi ke Bundaran Indonesia dan serta merta memberhentikan beberapa mobil mewah dan bertanya, “apakah anda bahagia?.” Kemungkinan besar pemilik kendaraan mewah tersebut akan melongong dan mencoba menjawab walau pada akhirnya iapun gagal meyakinkan saya.
Begitupun dengan seorang Mahasiswi tadi, walaupun hati dan perasaannya dirundung duka yang mendalam tapi ia masih mencoba menyuguhkan senyum khas dan aksentuasi bicara bahagia. Ia sadar bahwa perindu itu akan mendapatkan kebahagiaan dengan kesadaran dan keridhaan yakni TULUS… Karena cinta; sebagaimana ciptaan Allah lainya, bukankah ia hanya amanah yang bisa diambil lagi oleh empunya sewaktu-waktu dan kapan saja…
Kalau seandainya saya bisa bertemu dengan mahasiswi tersebut saya akan katakan, Jadilah pecinta sesungguhnya!!! Jika saya bertanya, apakah Anda jatuh cinta, katakan saja iya, tetapi itu hanya karena satu-satunya cara untuk menolak kesengsaraan hati. Jika saya katakan, sudahkan Anda merasakan cinta yang sesungguhnya, maka katakanlah ya, tapi itu hanya bercanda saja karena kenikmatan yang abadi adalah ketika berdua dan merasakan kehadiran-Nya. Dan apabila saya katakan, jatuh cintakah Anda, maka katakan iya, tapi segeralah minta ampun agar yang tertuang adalah kebenaran dan keadilan.
Satu hal yang tidak bisa dihapus dari ingatan seorang pecinta adalah harapan. Saya kadang juga berfikir keras untuk menemukan jawaban ini. Hingga pada akhirnya saya merasa bahwa saya seperti orang sakit jiwa yang tidak menemukan realitas yang ada dalam angan-anganku. Dan secara tidak sadar itu adalah jawab tentang “HaRaPan” tadi. Lucunya, setiap kali saya berfikir tentang “harapan”, saya seolah benar-benar menjadi orang gila. Bagaimana saya bisa selalu tersenyum diatas bara yang menggores dinding hati dengan selalu bertasbih dan bershalawat dengan harapan-harapan yang jauh itu??? Bukankah saya sedang menambah luka diri dengan harapan-harapan yang tidak mungkin untuk diraih saat ini??? Mengapa saya tidak segera sadar dengan memberi kesempatan terluka, dan segera mengganti dengan harapan-harapan yang lebih pasti dan bisa dinikmati. Jika tidak salah mahasiswi tersebut juga sedang merasakan hal itu…
Saya membayangkan bila mahasiswi tersebut benar-benar merasakan hal itu maka akan lebih bijak bila ia selalu membasahi bibirnya dengan asma sifat-Nya. Ketika ia jauh berharap, ia menemukan Allah dalam dirinya dan ketika ia berdzikir ia menemukan dirinya dalam bimbingan Allah. Dan dalam kekuasaan-Nya, Allah Maha menyatukan, meskipun hamba hanya bisa berdoa.
Bila kini seorang mahasiswi cemerlang tadi sedang dilanda persoalan yang sedang mencari solusi, maka dizaman itu terlukis nama Fatimah al-Zahra yang telah membuktikan betapa kesabaran dan ketulusan telah ia sandang. Siapa yang tidak tahu bahwa ia adalah puteri kesayangan Muhammad SAW. Namun tidak ada yang masyhur tentang dirinya selain penderitaan dan keTulusannya. Wanita cerdas tersebut harus melihat dengan mata kepalanya sendiri ayahnya dilempari kotoran. Ia menikah dan hidup dalam kemiskinan yang sangat. Sementara itu, sekarang keterbatasan ekonomi menjadi kendala utama bagi penundaan perkawinan hingga retaknya rumah tangga dinisbahkan kepadanya. Fatimah dan Ali biasa berpuasa berhari-hari bersama untuk menyisakan makanan bagi kedua anaknya; Hasan dan Husein. Bahkan kedua tangan lembutnya sampai berdarah-darah karena digunakan untuk menggiling gandum.
Kita bisa saja berkata bahwa wajar bila Fatimah seteguh itu, karena ia dididik oleh tangan lembut dan hati jernih Rasululullah. Fatimah dididik untuk menemukan harga diri yang sesungguhnya, untuk bukan dengan bayaknya dayang-dayang dan uang yang didapat dari pemanfaatan kedudukan ayahnya. Dan tidak gampang memang menjadi istri seorang zaahid seperti Ali. Tidak ada kepastian finansial, tidak juga kepastian sang suami akan pulang dengan baik-baik atau syahid di medan perang. Namun itulah pasangan terbaik yang pernah ada. Namun Fatimah tetaplah seorang yang berbudi, ia tetap melakukan tugas-tugas domestiknya dengan baik.
Banyak cara untuk meneladani Fatimah. Suatu saat akan kukatakan kepada istriku dimalam pertama dengan memeluk dan berbisik mesra kepadanya. Berjuanglah seperti Fatimah… Ia mengerjakan tugas domestiknya termasuk mencuci, menyetrika, belanja dan memasak makanan sebagai tugas eksklusif ibu rumah tangga. Sedemikian eksklusifnya saya berharap, bantuan dari pasangan atau pembantu dianggap mengurangi nilai spiritual. Sedemikian eksklusifnya, beberapa kelompok lebih memilih mencarikan istri kedua bagi suaminya.
Namun akan segera saya katakan kepada istriku, Islam bukanlah agama yang berorientasi kepada kepemilikan, tapi amal. Maka apa faedah punya dua jika satu saja cukup membereskan persoalan dapur dan firash. Dalam konteks ini, sibuknya Fatimah sungguh luar biasa, mulai dari menggiling gandum hingga memasak, malahirkan, menyusui dan mengurus anak-anaknya tanpa mesin cuci canggih, penanak nasi otomatis dan semacamnya. Selain itu, iapun masih sempat melatih hati dan keihlasannya dengan memerdekakan budak, merelakan kalung; harta satu-satunya yang diambil fakir, sampai menundukkan egonya ketika bertengkar dengan suaminya. Ia masih tetap sibuk dengan dirinya. Berdzikir… Subhanallah, suami mana yang tidak bahagia dengan ketulusan dan ketaaan istrinya???
Saya merasa terhenyak oleh sikap dan perilaku temen saya yang usianya jauh lebih tua dari kedewasaanya. Seseorang yang matang, konon, adalah seorang yang telah mampu memetakan seluruh per-soalan, memperluas dan menimbang se-rangkaian pilihan serta merumuskan se-buah pemecahan dengan kemungkinan baik-buruk. Sayapun akhirnya harus ber-usaha keras untuk mengetahui posisi dan kedewasaan yang saya sandang. Rupanya tidak terlau salah bila mahasiswi yang sedang jatuh cinta tadi juga malakukan hal yang sama. Usaha keras saya ini ternyata menemukan jawaban: “Saya tidak dapat memetakan cinta dalam diri saya ketika orang yang sangat saya cintai jauh dari saya dan entah kapan akan bertemu denganya”. Bila mahasiswi tadi melakukan usaha serupa, barangkali hasil yang ia capai sangat jauh berbeda dengan hasil yang saya capai, karena lagi-lagi tergantung kedewasaan. Apalagi jika ia mau melukiskan dirinya seperti Sayyidah Fatimah al-Zahra???
Mungkin telah tiba waktunya untuk menitipkan jalinan cinta ini kepada-Nya dengan sepenuh hati. Mulai saat ini aku sadar bahwa kebahagiaan yang paling abadi adalah ketika aku berdua dan merasakan kehadiran-Nya. Sholat-sholat panjangku kini mulai merindukan air mataku dan lantunan doa teriring air mata untuk jalinan cinta

The middle of nigh
Tripoli-Libya
2005-02-21

Hope..

Tuhanku...
Aku berdo'a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku..
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu..
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau..
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting,
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau,
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya

Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Tuhanku...
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku...
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat
dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
"Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna."


Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan Amin....

Koq kayak babi ya?!! (ups..)

Pertanyaan-pertanyaan Adzkia (14 tahun) berbeda dengan adiknya. Pendiam, senyumannya manis, sangat asyik mengunyah bahasa Ingris, computer game, dan novel, juga sabar melayani nafsu debat adiknya.
Waktu usianya 9 tahun, dia menuntut saya menjelaskan panjang lebar: mengapa Allah sangat murka pada Fir’aun. Kini dia bertanya tentang Syi’ah itu faham apa; apa itu Islam Liberal; apa bedanya PDIP dan Golkar.
Cara Adzkia mencerna jawaban lebih kontemplatif. Hampir tak ada pertanyaan kedua atau ketiga. Karena itu, saya lebih suka mengajaknya duduk di perpustakaan rumah kami, bersama-sama mencari buku yang bisa menjawab pertanyaannya. Tak lama kemudian dia akan tenggelam dengan buku-buku itu. Saya akan langsung dicuekin.
Tetapi jika dengan ibunya, Adzkia cukup banyak bertanya. Kebanyakan soal-soal keperempuan, tentang bidang-bidang amal shalih, tentang pelajaran.Kalau tentang laki-laki dan hubungannya dengan wanita, saya dan istri lebih sering tidak menunggu pertanyaan, melainkan berinisiatif segera menjelaskan hal-hal yang dirasa perlu segera dijelaskan. Bahkan sekalipun itu belum menarik perhatiannya.Misalnya, jika di jalan tiba-tiba kami melihat seorang gadis berjilbab ‘cekek’ (istilah kami untuk jenis jilbab yang begitu ketat dan sempitnya hingga terkesan siap mencekik leher), sedang beradu fisik, entah bergandengan atau menggelayutkan tubuh kepada seorang pemuda, spontan istri berkomentar, “Kak, lihat itu. Gadis itu mungkin merasa bangga karena dirinya disenengin seorang pria. Tapi sebenarnya dia merendahkan dirinya di mata laki-laki dengan cara begitu.”Lebih dari itu, biasanya, istri saya langsung mendekati pasangan haram itu, lalu bertanya, “Kalian sudah menikah?”Kalau jawabannya “Belum”, maka akan diteruskan dengan kata-kata, “Kalian tahu kan ini nggak benar. Haram ini. Kalau mau, ayo saya antar kalian ke masjid untuk menikah. Mau? Ayo!”
Immediate action seperti ini bukan saja untuk kepentingan nahi munkar, tapi bagi kedua putri kami sangat penting agar melihat sendiri orangtuanya bukan ‘omdo’ alias omong doang.
Azka yang dari tadi hanya nguping lalu menimpali, “Mereka kan kayak babi ya, Pak, ya?”“Lho? Kok kayak babi?”“Iya, babi kan haram juga.”* (Dzikrullah. Diadaptasi dari Majalah Nasma Ummahaat/Hidayatullah)

Menikah..

"Kenapa sih Kakak nggak menikah dan punya adik saja?, " ujar anak terkecil kami. Kalau ia sudah mulai membolak-balik gambar buku biasanya ada bom pertanyaan yang tak terdugaKamis, 3 November 2005.
Buku favorit Azka (5 tahun) sejak setahun lalu adalah khazanah tentang tubuh manusia. Bagian yang paling menarik perhatiannya ialah gambar alat reproduksi pria dan wanita.Karena minatnya itu, dia pernah bikin geger sebuah toko karena menyingkap sarung yang dikenakan sesosok manequin. Lalu diraba-rabanya bagian yang ia duga sebagai lokasi “anu”. Orang yang melihatnya terkekeh-kekeh.Istriku pelan-pelan mendekati, lalu betanya dengan lembut, “Azka cari ‘penis’ ya?”Ia mengangguk, wajahnya serius setengah mati.“Ada nggak?” tanya istriku lagi. Ia berbisik sambil menyodorkan kelingkingnya, “Ada, tapi kecil, Bu.”
Kalau ia sudah mulai membolak-balik dan meneliti gambar-gambar di buku itu dengan telunjuk mungilnya, biasanya ada bom pertanyaan yang tak terduga.“Pak!” katanya suatu kali.“Yes, Nak.”Ia berbaring miring. Pelipisnya disangga telapak tangan dan sikunya, lalu memandangiku.“Kenapa sih Kakak nggak menikah dan punya adik saja?”
Ia pernah mendapat penjelasan, menikah dulu, baru seorang wanita akan punya anak di rahimnya. Jika tidak menikah dulu, haram.“Well, insya Allah, Kakak akan segera menikah. Sekitar mm… 7 tahun lagi kali ya.”“Tujuh tahun? Yaah, masih lama!” katanya“Ah, 7 tahun itu sebentar, hanya 7 kali Ramadhan dan 7 Kali shalat Idul Fitri.”“Kenapa sih 7 tahun? Sekarang aja, Pak!”“Sekarang usia Kakak baru 14 tahun. Masih harus banyak belajar.”
“Nanti 7 tahun lagi Kakak menikahnya gimana, Pak?”Ini dia pertanyaan tersulit.“Begini, suatu hari nanti, akan ada seorang laki-laki yang datang ke Bapak. Lalu dia bilang begini, ‘Pak, bolehkah saya menikahi anak Bapak yang bernama Adzkia?’ Lalu Bapak akan bertanya, ‘Apakah kamu seorang Muslim? Apakah kamu bisa mencari nafkah? Apakah kamu sehat lahir batin? Apakah kamu tahu Allah akan meminta tanggung jawab sebagai suami nanti di akhirat?’ Kalau dia menjawab, ‘Ya,” bapak akan bilang begini, ‘Beri saya waktu ya. Nanti akan saya panggil lagi. Sementara ini, tolong jauhi putriku. Dia bukan muhrim kamu’.”
Sampai di sini saya sengaja memberi jeda, menghela nafas. Lalu diam. Sampai Adzka memburu lagi, “Terus, Pak?”“Terus, Bapak akan menggunakan segala cara untuk mengenal laki-laki ini. Siapa orangtuanya. Berbaktikah dia pada orangtuanya atau durhaka. Di mana masjid tempatnya shalat berjamaah 5 waktu. Siapa ustadznya. Selalu membaca Al-Qur`ankah dia. Bagaimana ia mencari nafkah. Jujur atau pendusta. Akhlaqnya mulia atau tercela. Teman-temannya shalihin atau tukang maksiat. Pokoknya semua.” Pada bagian ini mata Azka berbinar-binar.“Nah, kalau dia laki-laki shalih, Bapak akan shalat istikharah. Minta petunjuk Allah, apakah orang ini pas untuk jadi suami Kakak atau tidak.”
“Terus Allah nanti ngasih tahu Bapak?”“Iya.”“Terus, Kakak menikah? Terus punya adik?”“Insya Allah, kalau orangnya disukai Allah, Bapak juga suka.”Beberapa hari kemudian, istriku melapor, “Azka minta diajari shalat istikharah, untuk menentukan apakah dia akan menikah dengan Bapak atau Eyang Kakungnya.”

Interaction between Men and Women on the Internet

Some Guidelines by: Sheikh Salman al-Oadah

The following guidelines should be observed by Muslim men and women when interacting with one another on the Internet:
1. Never display photographs under any circumstances. To start with, photographs are simply not necessary. The written word is more than sufficient. We must also appreciate how photographs can become a great opportunity for Satan to tempt people and make their foul deeds seem fair to them. Some people might consider such caution misplaced. However, those who understand how people are seduced and tempted and who have experience in dealing with these problems, know that nothing is far-fetched. Moreover, some people who have a sickness in their hearts manage to deceive themselves and others that something which is completely wrong is instead something that is good and that is motivated by the sincerest and noblest intentions.
2. Use typing and avoid audible means of communication. If, for some reason, using audible media becomes necessary, then we must adhere to Allah's command: “Be not too complaisant of speech, lest one in whose heart is a disease should be moved with desire; but speak a speech that is just.” [ Sûrah al-Ahzâb : 32] This verse was revealed concerning the wives of the Prophet (peace be upon him). If this was the case for them, we can appreciate how much more it must apply to us. Moreover, that was during the time of the Prophet (peace be upon him) while we are living in the age of permissiveness and promiscuity.
3. Maintain a serious tone and focus in conversation. We must not get involved in talking at length about things that are unnecessary and unjustified. In truth, many people get a thrill out of merely speaking with the opposite sex, regardless of what the subject might be. Some men just like to hear a pretty voice. Likewise, since women are indeed the full sisters of men, they also find pleasure in speaking with men. Our tone should be serious. We should avoid all that is superfluous and frivolous.
4. Remain vigilant at all times. Those who we meet on the Internet are, for the most part, apparitions. Men come online posturing as women and women often misrepresent themselves as men. Then, there are so many things we do not know about the other person. What is his ideology? What is his background? What country is he from? What is his line of work? What are his real intentions? All of these things are unknown. I wish to call the attention of our honored sisters to the dangers that experience has shown us to be ever present in these situations. Many young women are quick to believe what others tell them and are very susceptible to sweet words. Such people are easy victims for the predator who lays out his trap. One moment, he is a sincere advisor, another the victim crying out for someone to save him, then he is the lonely man looking for someone with whom to share the rest of his life, the next moment he is the sick man looking for a cure…
5. Muslim women who work with the Internet should keep in close contact with one another. They need to develop strong channels of communication so they can lend a degree of support to each other in this important and possibly dangerous field of endeavor. They need to cooperate closely and share their experiences and expertise. A person standing alone is weak, but standing with others she is strong. Allah says: “By time! Surely the human being is at loss. Except for those who have faith and do righteous deeds and exhort one another to truth and exhort one another to patience.” [ Sûrah al-`Asr ] Abû Mulaykah al-Dârimî narrates: “It was the practice among the Prophet's Companions, that if two of them met, they would not depart from one another without one of them reading Sûrah al-`Asr to the other. Then one of them would greet the other with peace.” [ al-Mu`jam al-Awsat (5120) and Shu`ab al-Îm ân (9057)] I also advise our Muslim sisters to focus most of their attention and their efforts on calling other women to Islam and enjoining them to righteousness. They should use this valuable medium to assist and serve their sisters and to reform them. This should be done indirectly, subtly, and with wisdom. Too direct an approach, when giving advice, often causes the other party to become angry, confrontational, and obstinate. This is because the person giving advice comes off as seeming high-handed and arrogant, while the one being advised feels shamed and belittled. Therefore, be gentle in your choice of words, good-natured, attentive, and forbearing. This makes the receiving party more conductive to receiving your advice and less likely to spurn it.

AIRMATA RASULULLAH SAW...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. "Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu. "Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Semoga kita selalu menjadi bagian dari umat yg dicintai Nya..

Kajian Rutin di Jakarta dan sekitarnya..

SENIN

Aqidah dan Akhlaq
Ustadz Ahmad Rofi'
Masjid At-Taqwa - Komp. Perumahan Pajak Kemanggisan JakartaBarat
Senin Ba'da Isya - Minggu Ke 1 dan 3

Ustadz Mudrika Ilyas, Lc.
Masjid Baitullah Petukangan JakartaSelatan
Senin 19.30 - 21.00

Syarh Kitab Tauhid Karya Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin ra
Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
Senin Ba'da Maghrib

Masjid Baitul Amal (MBA) di Basement-1
Gedung Setiabudi Atrium
Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan
Senin BaDa Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Ahmad Rofiâ
Senin Bada Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim
bin Amir Abdat
Contact Person: Rahmat Wijaya

SELASA

Kitab Riyadhus Shalihin dan Fathul Majid (Tauhid dan menumpas akar
kesyirikan dan lainnya).
Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas
Masjid Al Furqan Gedung DDII Jl. Kramat Raya 45 dekat PMI/Xerox Jakarta Pusat
Tiap Selasa Waktu: Bada Dzhuhur/13.30 - Ashar


Kajian Kitab Bahjatun Nadzirin (Syarah Kitab Riyadhus Shalihin Imam
an-Nawawi Rahimahullah) karya Syaikh Salim Bin Ied al-Hilaly
Hafidzahulloh (Khusus ikhwan)
Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
Masjid An-Nuur Basement Menara Sudirman
Jl. Sudirman Kav 60 JakartaSelatan
Setiap Selasa Bada Dzuhur

Kitab Risalah Bid'ah
Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
Masjid Al A'la Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Jl. Jendral Sudirman Jakarta Selatan
Setiap Selasa Pukul 16.30 -18.00

Kitab Utsul Tsalatsah
Ustadz Zainal Abidin, Lc.
Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun
Selasa Minggu I & III Ba'da Isya.

Kitab Ukdatul Ahkam
Ustadz Sulam
Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun
Selasa minggu II Bada Isya

Kitab Kasyfu Syubhat
Ustadz Ahmad Zawawi
Masjid Unwanul Hidayah, Jl. Jelita II - Rawamangun
Selasa minggu IV Bada Isya


RABU

Kajian Mustholahul Hadits (Bahasa Arab)
Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
Masjid Al-Ikhlas Jati Padang JakartaSelatan
Setiab Rabu 16.30 -18.00

Kajian Tafsir Al-Qurân (Tafsir Ibn Katsir - Khusus Ikhwan/Tempat
Terbatas)
Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
Mushalla Ash Shahabah Basement Summitmas I
Jl. Sudirman Kav. 59 JakartaSelatan
Setiap Rabu 17:00 - Maghrib

Kajian Kitab Jamiul Ulum Wal Hikam (Penjelas Kitab Arbain Nawawi) Karya Al-Hafidz Ibnu Rojab
Ustadz Abu Abdurrohman
Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
Rabu Ba'da Ashar

Ustadz Ibnu Saini
Masjid As-Syifa FK Kedokteran Tri Sakti Samping RS Sumber Waras Jakarta Barat
Setiap Rabu 15.30 - 18.00

Hadits Arbaâin Imam An-Nawawi Rahimahullah
Rijal Abdul Aziz
Masjid Meranti Senen
Setiap Rabu Ba'da Maghrib s/d 19.30

Route:
Ke Terminal Senen naik Mikrolet 37 Jurusan Senen - Pulo Gadung,
nanti
bilang aja ke pak supirnya turun di Pasar Nangka, dari situ sekitar
kurang lebih 500 meter ke Masjid Meranti.
Lebih mudah turun di daerah poncol, lalu naik ojeg motor atau
bis kecil .tanya saja Masjid Meranti insya Allah diantar, ongkosnya Rp.3.000,-

Ustadz Badrusalam
Masjid Toyota- TrainingCenter
setiap Rabu Sore Pukul 16.00 -19.00
Untuk Karyawan dan sekitarnya

KAMIS

Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
Mushalla Hidayatussholihin
Jl. Poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Setiap Kamis Malam Bada Maghrib

Ustadz Arman Amri, Lc.
Masjid Al A'la Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) JakartaSelatan
Setiap Kamis Pekan ke 2 dan 4 Baâda Dzuhur

Kamis Ba'da Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Abu Qatadah (Alumnus Darul Hadits Yaman)
Kamis Ba'da Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
Masjid Baitul ˜Amal (MBA) di Basement-1
Gedung Setiabudi Atrium
Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan
Contact Person: Rahmat Wijaya


Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc.
Masjid Astra
Setiap Kamis Sore Pukul 16.00-18.00
Untuk Umum dan sekitarnya.

Hari kamis di Masjid Nurul Jamiâ (No. 19 dan 22) dipindah ke masjid
Nurul Irfaan (masjid alumni IKIP) di kompleks IKIP
Membahas: kitab Fathul Majid
Waktu: Baâda maghrib
CP: Adi 08561402431

Rute:
P.AC 16 (lebak bulus - rawamangun), P.AC 32 (Blok M Rawamangun), K. 26
(Pd. Kopi Rawamangun), K.01 (Pkl. Jati Rawamangun)
P.4 P.57. P.AC 11 Jurusan Pologadung turun di Arion Mall jalan kaki
ke arah Terminal Rawamangun.

Tafsir Wanita
Ustadz Salim bin Yahya Qibas
Masjid Nurul Jami' Jl. Jeruk 2
Jl. Melati Rawamangun
Setiap Kamis ba'da Dhuhur - Ashar
Contact person: Abu Shafa' 081381953676 Sabyq 081311134166
Contact person: Esy 08121304971

Rute:
P.AC 16 (lebak bulus - rawamangun), P.AC 32 (Blok M Rawamangun), K. 26
(Pd. Kopi Rawamangun), K.01 (Pkl. Jati Rawamangun)
P.4 P.57. P.AC 11 Jurusan Pologadung turun di Arian Mall jalan kaki
ke arah Terminal Rawamangun.

JUM'AT

Masjid Al A'la Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) JakartaSelatan
Khotib Jumât setiap awal bulan (minggu/pekan I)
Khotib: Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim Bin Amir Abdat

Masjid Al Ala Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) JakartaSelatan
Khotib setiap Jum'at
Penceramah: Ustadz - ustadz Salaf (Insya ALLAH)

Abu Qatadah Al Atsari (Alumni Darul Hadits Yaman)
Masjid Meranti Senen
Setiap Jumât Pekan Kedua Ba'da Maghrib s/d 19.30

Route:
Ke Terminal Senen naik Mikrolet 37 Jurusan Senen - Pulo Gadung,
nanti bilang aja ke pak supirnya turun di Pasar Nangka, dari situ sekitar
kurang lebih 500 meter ke Masjid Meranti.
Lebih mudah turun di daerah poncol, lalu naik ojeg motor atau
kendaraan roda tiga namanya MOBET tanya saja Masjid Meranti insya Allah diantar, ongkosnya Rp.3.000,-

Tambahan:
Materi: Syarah Hadist Arbain
Waktu: Bada Magrib-Selesai
Pemateri: Ust. Ibnu Saini
Masjid Al Mubasysyrin, Jln. Karbela Selatan no 1, Setiabudi Jakarta
Selatan
CP: Andi prabowo (08179917122)



SABTU

Kajian Hadits Shahih Bukhari (Khusus Ikhwan)
Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
Masjid Al-Mubarak Krukut
Jl. Gajah Mada, Hayam Wuruk (Belakang Poskota Gajahmada) JakartaPusat
Setiap Sabtu 08.30 - 11.00
Informasi: Abdullah 08161885025/ Nabil 081317222327/Abu Sulthan
08128527913


Ustadz Zainal Abidin, Lc.
Tafsir Al-Qurân (Tafsir Ibnu Katsir)
Setiap Sabtu Pekan 1 - 3 pukul 09.00

Ustadz Mudrika Ilyas, Lc.
Kitab Shahih Bukhori Setiap Sabtu Pekan 2 - 4 pukul 09.00

Ustadz Djazuli
Kitab Riyadhus Sholihin Setiap Sabtu Pekan 5 pukul 09.00

Tempat:
Masjid Ar-Rachmat Jl. Anggrek Cenderawasih - Slipi (Belakang Gedung
Samudera Indonesia)
JakartaBarat

Kajian Kitab Tafsir Ibnu Katsir
Ustadz Mudrika Ilyas, Lc.
Masjid At-Tauhid Jln. Rajawali Bintaro Sektor 9
Setiap Sabtu Ba'da Mahgrib

Kitab Tauhid
Ustadz Ilham Tabrani
Masjid Meranti Senen
Setiap Sabtu Ba'da Maghrib s/d 19.30

Tafsir Al Qur'an
Ustadz Izzudin Munaf
Masjid Unwanul Hidayah
Jl. Jelita II - Rawamangun
Sabtu Minggu II Ba'da Subuh

Kitab Tauhid
Ustadz Salim bin Yahya Qibas
Masjid Nurul Jami' Jl. Jeruk 2
Jl. Melati - Rawamangun
Setiap Sabtu ba'da Magrib - Isya
Contact person: Abu Shafa'081381953676 Sabyq 081311134166
Contact person: Esy 08121304971

Rute:

P.AC 16 (lebak bulus - rawamangun), P.AC 32 (Blok M Rawamangun), K.
26
(Pd. Kopi Rawamangun), K.01 (Pkl. Jati Rawamangun)
P.4 P.57. P.AC 11 Jurusan Pologadung turun di Arian Mall jalan kaki
kearah Terminal Rawamangun.

AHAD

Kitab Bulughul Maram Al Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani
Kitab Aqidah Salaf Ashabul Hadits
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Masjid Imam Ahmad bin Hanbal
KPP IPB IV Baranangsiang, Bogor
Setiap Ahad Jam 10:00 sampai selesai

Kajian Kitab Bahjatun Nadzirin karya Syaikh Salim Bin Ied al-Hilaly
Hafidzahulloh
Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
Masjid Raya Bintaro Sektor 9
Setiap Ahad Ba'da Maghrib

Kitab Shahih Muslim
Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
Masjid Muhammad Ramadhan
TamanGalaxi Indah
Jl. Pulo Ribung Raya Kav-2 Bekasi Selatan
Samping Kantor Kecamatan Bekasi Selatan
Setiap Ahad Minggu ke-3
Jam 09:00 - 12:00

Informasi:
Supandi : 0813 1630 350
Ananto Wijaya : 0812 9573 868
Hendro Irawan : 0812 1055 662
Sekretariat : 021 8243 1486

Kajian Hadits Imam Bukhori Syarah Faathul Bari
Ustadz Abdurrahman
Musholla Al Marwah Komplek Japos
Setiap Ahad Ba'da Maghrib, Pekan ke 2 dan 4

Tafsir Ibnu Katsir
Ustadz Zainal Abidin, Lc.
Masjid Muhajirin, Belakang RS Mitra Persahabatan Bekasi
Ahad Ba'da Ashar

Syarah 128 Tabi'at & Perangai Jahiliyah
Ustadz Djazuli
Masjid Ash Shalihin
Jl Walang Baru Raya No. 25
JakartaUtara
Setiap Ahad jam 17:00 s/d maghrib

Kitab Aqidah
Ustadz Salim bin Yahya Qibas
Masjid Unwanul Hidayah
Jl. Jelita II - Rawamangun
Ahad minggu I Ba;da Isya

Ustadz Agus Tanaya
Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
Ahad Ke-II Pagi Ba'da Subuh
Contact person: ALif (085664412354)

Ustadz Mudrika Ilyas, Lc
Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
Ahad Ke-IV Pagi Ba'da Subuh
Contact person: ALif (085664412354)

Ilmu Faraidl (Waris)
Ustadz Izzudin Munaf
Masjid Unwanul Hidayah
Jl. Jelita II - Rawamangun
Ahad Minggu IV Ba'da Isya

Kajian Perumnas Klender & Pondok. Kopi, JakartaTimur

1. Perumnas Klender

Tempat : Masjid Nurul Islam
Alamat : Jln. Raya Mawar Merah, Perumnas Klender
Waktu : Setiap Senin Ba'da Magrib - Isya
Ust : Ilham Tabrani
Kitab : Al Lu'lu Wa Al Marjan

2. Pondok Kopi & Cakung

Tempat : Mushola Asy Syifa, Pasar Inpres Cakung
Waktu : Setiap Sabtu Ba'da Magrib - Isya
Ust : Ihsan Munir
Kitab : Iâ'nah Al Mustafid (karya Syaikh Sholeh Al Fauzan)

PS : Yg sudah di update n dipastikan masih berjalan hanya yg warnanya biru. yg lainnya blm. afwan.. ^_^